A.
FISIOLOGI
PADA IBU NIFAS
Masa nifas (postpartum/puerperium)
berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous”
yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih
dalam waktu 3 bulan.
Selama hamil, terjadi perubahan pada
sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi,
sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal, sistem endokrin,
sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital.
Pada masa postpartum perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti
saat sebelum hamil. Adapun perubahannya secara
fisiologi adalah sebagai berikut :
1. Involusi Uterus
Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60
gram. Proses involusio uterus adalah sebagai berikut :
Ø
Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
Ø
Efek oksitosin (cara bekerjanya
oksitosin)
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Waktu
|
Bobot
Uterus
|
Diameter
Uterus
|
Palpasi
Serviks
|
Pada akhir persalinan
|
900 gram
|
12,5 cm
|
Lembut/lunak
|
Akhir minggu ke-1
|
450 gram
|
7,5 cm
|
7,5 cm
|
Akhir minggu ke-2
|
200 gram
|
5,0 cm
|
1 cm
|
Akhir minggu ke-6
|
60 gr
|
2,5 cm
|
Menyempit
|
2. Lokia
Dengan adanya involusi uterus, maka
lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan.
Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya
berwarna merah muda atau putih pucat.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim
selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat
dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena
proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya,
seperti pada tabel berikut ini:
Lokia
|
Waktu
|
Warna
|
Ciri-ciri
|
Rubra
|
1-3 hari
|
Merah
kehitaman
|
Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.
|
Sanginolenta
|
3-7 hari
|
Putih
bercampur merah
|
Sisa darah bercampur lendir.
|
Serosa
|
7-14 hari
|
Kekuningan/
kecoklatan
|
Lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
|
Alba
|
>14
hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
|
3. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan
pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok
terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan
tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan
ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini
merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Produksi ASI masih sangat
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan,
sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan
volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga
jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan
lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi
ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. Ada 2
refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :
1) Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima
rangsangan neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus
vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan
mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai pada
kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.
2) Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar,
isapan bayi akan merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus
posterior melalui nervus vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan
hormon oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi
otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI
akan terperas ke arah ampula.
4. PERUBAHAN
SISTEM PENCERNAAN
Biasanya ibu mengalami obstipasi
setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran
cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat
diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan
pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.
1. PERUBAHAN
SISTEM PERKEMIHAN
Dinding kandung kencing
memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan
abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam
puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing
penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc).
Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyolum normal
dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua
dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi
air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat
proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan
lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan
otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis
sel-sel otot.
2. PERUBAHAN
SISTEM MUSCULOSKELETAL
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara
berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi
kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat
elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada
saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu.
Pemulihan dibantu dengan latihan.
3. PERUBAHAN
SISTEM ENDOKRIN
a. Hormon
plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat
setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum
b. Hormon
pituitary
Prolaktin
darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3,
dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c.
Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak
menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali
menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar
estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh
menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang
tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90%
setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan
untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.
4. PERUBAHAN
TANDA-TANDA VITAL
a. Suhu
Badan
Satu hari (24jam) postprtum suhu
badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan
menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya
pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya
ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa
60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih
cepat.
c. Tekanan
darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan
tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi
postpartum.
d.
Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas.
5. PERUBAHAN
SISTEM KARDIOVASKULER
Selama kehamilan volume darah normal
digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali esterogen menyebabkan
diuresis terjadi, yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada
proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran
bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya
progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma
selama persalinan.
Pada persalinan pervaginam
kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc. Bila kelahiran melalui seksio sesarea,
maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah
(blood volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Bila persalinan pervaginam,
hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4-6 minggu.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan
tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada
penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 postpartum.
6. PERUBAHAN
SISTEM HEMATOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir
kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah
meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat
dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap
tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih
tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi
patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine,
hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum
sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang
berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi
wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi
kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah
pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada
hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.
B. PATOLOGIS ATAU KOMPLIKASI MASA NIFAS
a. Patologis Menyusui
1.
Mastitis
Mastitis adalah infeksi peradangan pada
mamma, terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus
aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga
melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Pada kasus mastitis ini
biasanya tidak segera ditangani, jika mastitis tidak segera ditangani
menyebabkan abses payudara yang biasa pecah kepermukaan kulit dan akan
menimbulkan borok yang besar.
Pada mastitis biasanya
yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras, nyeri, kulit murah dan
membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok disertai dengan
keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik,
menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada
bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.
Penyebab Mastitis :
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan
secara adekuat yang akan menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman
staphylococcus aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis
3. Personal higiene ibu
kurang, terutama pada puting susu
4. Bendungan air susu yang
tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis
(Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2001)
(Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2001)
Tanda dan Gejala mastitis
1. Payudara bengkak,
terlihat membesar
2. Teraba keras dan
benjol-benjol
3. Nyeri pada payudara
4. Merasa lesu
5. Suhu badan meningkat,
suhu lebih dari 380C
(Asuhan Persalinan
Normal, 2007 : 104)
Pencegahan Mastitis
1. Perawatan puting susu
atau perawatan payudara
2. Susukan bayi setiap
saat tanpa jadwal
3. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah
menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering
4. Teknik menyusui yang
benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
Cara Melakukan Post Natal Breast Care
1. Siapkan alat
a. Minyak
atau baby oil
b. Waslap 2
buah
c. Air
hangat
d. Baskom
2. Cuci tangan
3. Melakukan pengurutan pada payudara ibu masing-masing 30 x
selama 5 menit
Cara :
a.
Pengurutan payudara (melingkar)
Kedua telapak tangan dari
tempatkan diantara kedua payudara ke arah atas. Samping ke bawah dan melintang,
sehingga tangan menyangga payudara
b.
Pengurutan payudara (pangkal payudara)
1) Telapak tangan kiri
menopang payudara kiri dan jari-jari tangan kanan saling di rapatkan
2) Sisi kelingkin tangan kanan mengurut payudara kiri dan pangkal payudara, demikian payudara kanan.
3) Pengurutan payudara dengan menggunakan air hangat dan dingin kompres payudara dengan air hangat terlebih dahulu kemudian air hangat selama 5 menit.
4) Cuci tangan
2) Sisi kelingkin tangan kanan mengurut payudara kiri dan pangkal payudara, demikian payudara kanan.
3) Pengurutan payudara dengan menggunakan air hangat dan dingin kompres payudara dengan air hangat terlebih dahulu kemudian air hangat selama 5 menit.
4) Cuci tangan
Posisi menyusui yang benar :
1. Lengan ibu menopang
kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada pada satu garis
lurus) muka bayi menghadap ke payudara ibu. Hidung bayi didepan putting susu
ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi ketubuh ibunya.
2. Ibu mendekatkan bayi
ketuban ibunya (maka bayi kepayudara ibu) dan mengamati bayi siap menyusu,
membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh
3. Ibu menyentuhkan
putting susu kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian
mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap
putting susu sendiri
Pengobatan Mastitis
1)
Segera setelah mastitis
ditemukan berikan ASI sesering mungkin tanpa jadwal
2)
Karena penyebab utama
adalah sthaphylo coccus aureus, maka dapat diberikan antibiotika jenis
penicillin
3)
Kompres dingin
4)
Berikan kloksalisin 500
mg setiap 6 jam selama 10 hari.
5)
Berikan paracetamol 500
mg 3 x sehari
6)
Sangga payudara
7) Lakukan perawatan payudara
“post natal breast care”
2.
Puting Nyeri dan Puting
Lecet
Puting nyeri (sore nipple) dan Puting
lecet (cracked nipple)Puting susu nyeri terjadi karena posis bayi saat menyusui
salah, karena puting tidakmasuk ke dalam mulut bayi sampai gelanggang susu
sehingga bayi hanya mengisappada puting susu saja. Tekanan
terus-menerus hanya pada tempat tertentu akanmenimbulkan puting nyeri
waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh (Krisnadi,2005).Penyebab lain yang
dapat menimbulkan puting nyeri adalah penggunaan sabun,cairan, krim,
alcohol untuk membersihkan puting susu sehingga terjadi iritasi. Iritasipada
puting susu juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenul um
linguae) yang pendek sehingga bayi tidak dapat mengisap sampai
gelanggang susu dan lidahnya menggeser ke puting. Puting akan nyeri bila terus
disusukan lama-lama danakan menjjadi lecet atau luka (Krisnadi, 2005).
Penanggulangannya adalah dengan memberikan teknik
menyusui yang benar,khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu.
·
Bibir bayi menutup
areola sehingga tidak tampakb.
·
Puting diatas lidah
bayic.
·
Areola diantara gusi
atas dan bawah
b.
Infeksi
Nifas
1) Definisi
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat
genital genital pada waktu persalinan dan nifas.
Demam dalam nifas
sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38ºC yg terjadi selama 2
hari berturut-turut.
Kuman2
penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen, kuman2nya seperti
streptococcus, bacil coli, staphylococcus.
2) Faktor Predisposisi
·
Perdarahan
·
Trauma persalinan
·
Partus lama
·
Retensio plasenta
·
KU ibu (anemia dan
malnutrition)
3) Patologi
Patologi
infeksi nifas sama dgn infeksi luka. Infeksi itu dapat:
Terbatas pada lukanya
(infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
Infeksi
itu menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (thrombophlebitis, parametritis,
salpingitis, peritonitis)
4) Macam-macam
infeksi nifas :
Endometritis
Merupakan jenis infeksi
yg paling sering, kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pada luka bekas
insersio plasenta & dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh
endometrium.
Pada batas antara daerah yg
meradang & daerah sehat trdapat lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akn
membuat pagar pertahanan & disamping itu akan keluar serum yg mengandung
zat anti.
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi
kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang
lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokeometra. Hal
ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa kurang
sehat dan perut nyeri, mulai
hari ke-3 suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1 mggu keadaan
akan menjadi normal.
Peritonitis
Infeksi nifas dapat
menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung
mencapai peritonium shg menyebabkan peritonitis. Peritonitis yg hanya
terbatas pada daerah pelvis,
gejalanya tidak seberat pd peritonitis umum.
Penderita demam, perut
bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Sedangkan pada peritonitis umum suhu
meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri. Muka mejadi pucat, mata cekung dan kulit muka
dingin.
Penanganan:
Ø Lakukan
nasogastric suction
Ø Berikan
infus (NaCl atau RL)
Ø Berikan
antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
- Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr
setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari dan
metronidazol 500mg IV setiap 8 jam.
Ø Laparotomi
diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage)
Luka perineum
Luka akan menjadi
nyeri, merah dan bengkak akhirnya luka terbuka dan mengeluarkan getah bernanah.
Penyebab :
* Kurangnya
pengetahuan Ibu tentang cara merawat dan menjaga kebersihan
perineum
* Kurangnya
nutrisi, sehingga memperhambat penyembuhan luka perineum
Penatalaksanaan
:
1.
Alat-alat yg digunakan:
·
Softex atau pembalut wanita yg bersiAir hangat atau
cairan antiseptik (betadine yang diencerkan, sublimat, detol yang diencerkan,
sabun, dll).
·
Tissue atau handuk kecil
·
Celana dalam
bersih
2.
Cara Perawatan Perineum
- Mencuci
tangan
- Memindahkan
/ mengangkat softex yang telah digunakan dari depan ke belakang
- Perhatikan
warna, bau dan banyaknya cairan di softek, sesuai dengan keadaan normal
- Bersihkan
perineum dengan menyiramnya dengan air hangat / antiseptik di
bagian atas vulva
- Keringkan
area perineum dengan tissue atau handuk kecil kering dari depan ke
belakang (pengusapan berulang – ulang dihindari untuk mencegah menyebarnya
kuman dan menjaga kenyamanan)
- Tempatkan
softex mulai dari depan ke belakang (jangan sentuh permukaan softex yang
akan menyentuh ke perineum / genitalia) kemudian pasang celana.
- Cuci
tangan kembali dengan menggunakan sabun.
Bidan harus
selalu memberikan KIE pada Ibu nifas untuk mencegah komplikasi serta infeksi
yang memungkinkan terjadi pada Ibu masa nifas. KIE yang diberikan antara lain
meliputi cara menjaga kebersihan diri dan gizi untuk ibu nifas, karena point
yang telah disebutkan tersebut merupakan hal yang terpenting yang perlu untuk
diketahui oleh Ibu nifas. Cara menjaga kebersihan diri dan gizi untuk Ibu nifas
yaitu :
Kebersihan
diri :
1.
Anjurkan untuk selalu mandi minimal 2 kali sehari
2.
Mengajarkan Ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa Ibu mengerti untuk membersihkan daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu, yaitu dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada Ibu untuk membersihkan
vulva setiap kali selesai buang air kecil maupun buang air besar.
3.
Sarankan Ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari, atau jika Ibu sudah merasa tidak nyaman
pada pembalut yang digunakan.
4.
Sarankan Ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5.
Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi,
sarankan kepada Ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Gizi :
1.
Ibu harus mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap
harinya.
2.
Makan dengan diety berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
3.
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan Ibu
untuk minum setiap kali
menyusui).
4.
Minum tablet Fe untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40hari pasca
persalinan.
5.
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan asupan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI yang diminum oleh bayi.
C.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN PADA IBU NIFAS DENGAN
KOMPLIKASI
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1.
Memberikan
dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu
untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi
serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan
yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu
dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda
bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan
cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara
professional.
izinkan saya mengcopy untuk tambah ilmu pengetahuan dalam bertugas membantu masyarakat
BalasHapussilahkan... terima kasih
Hapus