Jumat, 08 Juni 2012

FISIOLOGI DAN KOMPLIKASI MASA NIFAS



A.    FISIOLOGI PADA IBU NIFAS
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem musculoskeletal, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Pada masa postpartum perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil. Adapun perubahannya secara fisiologi adalah sebagai berikut :

1. Involusi Uterus
Involusi Uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Proses involusio uterus adalah sebagai berikut :
Ø  Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
Ø  Efek oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Waktu
Bobot Uterus
Diameter Uterus
Palpasi Serviks
Pada akhir persalinan
900 gram
12,5 cm
Lembut/lunak
Akhir minggu ke-1
450 gram
7,5 cm
7,5 cm
Akhir minggu ke-2
200 gram
5,0 cm
1 cm
Akhir minggu ke-6
60 gr
2,5 cm
Menyempit

2. Lokia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi necrotic (layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut ini:
Lokia
Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.
Sanginolenta
3-7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir.
Serosa
7-14 hari
Kekuningan/ kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

3. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :
1) Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu menerima rangsangan neurohormonal pada putting dan areola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.
2) Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi akan merangsang putting susu dan areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus, dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah ampula.

4.      PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.

1.      PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedem dan hyperemia. Kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri akibat proses katalitik involusi. Acetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama yang disebabkan pemecahan karbohidrat yang banyak, karena kegiatan otot-otot rahim dan karena kelaparan. Proteinurine akibat dari autolisis sel-sel otot.

2.      PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

3.      PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN
a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum
b. Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.



4.      PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL
a. Suhu Badan
Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.

5.      PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc. Bila kelahiran melalui seksio sesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Bila persalinan pervaginam, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria, hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 postpartum.


6.      PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

B.     PATOLOGIS ATAU KOMPLIKASI MASA NIFAS
a.      Patologis Menyusui
1.      Mastitis
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Pada kasus mastitis ini biasanya tidak segera ditangani, jika mastitis tidak segera ditangani menyebabkan abses payudara yang biasa pecah kepermukaan kulit dan akan menimbulkan borok yang besar.
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras, nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik, menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.
Penyebab Mastitis :
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang akan menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis
3. Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
4. Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis
(Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2001) 
Tanda dan Gejala mastitis
1. Payudara bengkak, terlihat membesar
2. Teraba keras dan benjol-benjol
3. Nyeri pada payudara
4. Merasa lesu
5. Suhu badan meningkat, suhu lebih dari 380C
(Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 104)
Pencegahan Mastitis
1. Perawatan puting susu atau perawatan payudara 
2. Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal 
3. Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering
4. Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
Cara Melakukan Post Natal Breast Care
1. Siapkan alat 
a. Minyak atau baby oil 
b. Waslap 2 buah 
c. Air hangat
d. Baskom
2. Cuci tangan 
3. Melakukan pengurutan pada payudara ibu masing-masing 30 x selama 5 menit
Cara :
a.       Pengurutan payudara (melingkar)
Kedua telapak tangan dari tempatkan diantara kedua payudara ke arah atas. Samping ke bawah dan melintang, sehingga tangan menyangga payudara
b.      Pengurutan payudara (pangkal payudara) 
1) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan kanan saling di rapatkan
2) Sisi kelingkin tangan kanan mengurut payudara kiri dan pangkal payudara, demikian payudara kanan.
3) Pengurutan payudara dengan menggunakan air hangat dan dingin kompres payudara dengan air hangat terlebih dahulu kemudian air hangat selama 5 menit.
4) Cuci tangan
Posisi menyusui yang benar :
1. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada pada satu garis lurus) muka bayi menghadap ke payudara ibu. Hidung bayi didepan putting susu ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi ketubuh ibunya.
2. Ibu mendekatkan bayi ketuban ibunya (maka bayi kepayudara ibu) dan mengamati bayi siap menyusu, membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh
3. Ibu menyentuhkan putting susu kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap putting susu sendiri
Pengobatan Mastitis
1)      Segera setelah mastitis ditemukan berikan ASI sesering mungkin tanpa jadwal 
2)      Karena penyebab utama adalah sthaphylo coccus aureus, maka dapat diberikan antibiotika jenis penicillin
3)      Kompres dingin 
4)      Berikan kloksalisin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
5)      Berikan paracetamol 500 mg 3 x sehari 
6)      Sangga payudara
7)      Lakukan perawatan payudara “post natal breast care”

2.      Puting Nyeri dan Puting Lecet
Puting nyeri (sore nipple) dan Puting lecet (cracked nipple)Puting susu nyeri terjadi karena posis bayi saat menyusui salah, karena puting tidakmasuk ke dalam mulut bayi sampai gelanggang susu sehingga bayi hanya mengisappada puting susu saja. Tekanan terus-menerus hanya pada tempat tertentu akanmenimbulkan puting nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh (Krisnadi,2005).Penyebab lain yang dapat menimbulkan puting nyeri adalah penggunaan sabun,cairan, krim, alcohol untuk membersihkan puting susu sehingga terjadi iritasi. Iritasipada puting susu juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenuum linguae) yang pendek sehingga bayi tidak dapat mengisap sampai gelanggang susu dan lidahnya menggeser ke puting. Puting akan nyeri bila terus disusukan lama-lama danakan menjjadi lecet atau luka (Krisnadi, 2005).
Penanggulangannya adalah dengan memberikan teknik menyusui yang benar,khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu.
·         Bibir bayi menutup areola sehingga tidak tampakb.
·         Puting diatas lidah bayic.
·         Areola diantara gusi atas dan bawah


b.      Infeksi Nifas
1)      Definisi
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat genital genital pada waktu persalinan dan nifas.
Demam dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38ºC yg terjadi selama 2 hari berturut-turut.
Kuman2 penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen, kuman2nya seperti streptococcus, bacil coli, staphylococcus.
2)      Faktor Predisposisi
·         Perdarahan
·         Trauma persalinan
·         Partus lama
·         Retensio plasenta
·         KU ibu (anemia dan malnutrition)
3)      Patologi
Patologi infeksi nifas sama dgn infeksi luka. Infeksi itu dapat:
Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
Infeksi itu menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (thrombophlebitis, parametritis, salpingitis, peritonitis)
4)      Macam-macam infeksi nifas :

Endometritis
Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pada luka bekas insersio plasenta & dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
 Pada batas antara daerah yg meradang & daerah sehat trdapat lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akn membuat pagar pertahanan & disamping itu akan keluar serum yg mengandung zat anti.
 Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeometra. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke-3 suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1 mggu keadaan akan menjadi normal.

Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung mencapai peritonium shg menyebabkan peritonitis. Peritonitis yg hanya terbatas pada daerah pelvis, gejalanya tidak seberat pd peritonitis umum.
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Sedangkan pada peritonitis umum suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri. Muka mejadi pucat, mata cekung dan kulit muka dingin.
Penanganan:
Ø  Lakukan nasogastric suction
Ø  Berikan infus (NaCl atau RL)
Ø  Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
- Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg IV setiap 8 jam.
Ø  Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage)

Luka perineum
Luka akan menjadi nyeri, merah dan bengkak akhirnya luka terbuka dan mengeluarkan getah bernanah.
Penyebab :
     * Kurangnya pengetahuan Ibu tentang cara merawat dan menjaga kebersihan      
        perineum
* Kurangnya nutrisi, sehingga memperhambat penyembuhan luka perineum
Penatalaksanaan :     
1.      Alat-alat yg digunakan:
·         Softex atau pembalut wanita yg bersiAir hangat atau cairan antiseptik (betadine yang diencerkan, sublimat, detol yang diencerkan, sabun, dll).
·         Tissue atau handuk kecil
·          Celana dalam bersih
2.      Cara Perawatan Perineum
  • Mencuci tangan
  • Memindahkan / mengangkat softex yang telah digunakan dari depan ke belakang
  • Perhatikan warna, bau dan banyaknya cairan di softek, sesuai dengan keadaan normal
  • Bersihkan perineum dengan menyiramnya dengan air  hangat  / antiseptik di bagian atas vulva
  • Keringkan area perineum dengan tissue atau handuk kecil kering dari depan ke belakang (pengusapan berulang – ulang dihindari untuk mencegah menyebarnya kuman dan menjaga kenyamanan)
  • Tempatkan softex mulai dari depan ke belakang (jangan sentuh permukaan softex yang akan menyentuh ke perineum / genitalia) kemudian pasang celana.
  • Cuci tangan kembali dengan menggunakan sabun.
Bidan harus selalu memberikan KIE pada Ibu nifas untuk mencegah komplikasi serta infeksi yang memungkinkan terjadi pada Ibu masa nifas. KIE yang diberikan antara lain meliputi cara menjaga kebersihan diri dan gizi untuk ibu nifas, karena point yang telah disebutkan tersebut merupakan hal yang terpenting yang perlu untuk diketahui oleh Ibu nifas. Cara menjaga kebersihan diri dan gizi untuk Ibu nifas yaitu :
Kebersihan diri :
1.      Anjurkan untuk selalu mandi minimal 2 kali sehari
2.      Mengajarkan Ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa Ibu mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, yaitu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada Ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil maupun buang air besar.
3.      Sarankan Ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari, atau jika Ibu sudah merasa tidak nyaman pada pembalut yang digunakan.
4.      Sarankan Ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5.      Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada Ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
Gizi :
1.      Ibu harus mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap harinya.
2.      Makan dengan diety berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
3.      Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan Ibu untuk minum setiap kali
menyusui).
4.      Minum tablet Fe untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40hari pasca
      persalinan.
5.      Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan asupan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI yang diminum oleh bayi.

C.    PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN PADA IBU NIFAS DENGAN KOMPLIKASI

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1.      Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
2.       Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3.       Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4.       Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5.       Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6.       Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7.       Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8.       Memberikan asuhan kebidanan secara professional.


2 komentar:

  1. izinkan saya mengcopy untuk tambah ilmu pengetahuan dalam bertugas membantu masyarakat

    BalasHapus