Jumat, 08 Juni 2012

KETUBAN PECAH DINI


I.                   KPD (KETUBAN PECAH DINI)

A.    Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Ketuban Pecah Dini pada yang terjadi uk < 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini Prematur. Dalam keadaan normal 8-10% wanita hamil aterm akan mengalami KPD. KPD premature terjadi pada 1% kehamilan.

B.     Mekanisme Ketuban Pecah Dini
KPD dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh. Perubahan stuktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor resiko terjadinya KPD adalah :
-        Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
-        Berkurangnya tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor proteinase. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD.
Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. KPD pada kehamilan premature disebabkan oleh factor-faktor eksternal, misalnya : infeksi yang menjalar dari vagina. KPD premature sering terjadi pada polihidramnion, inkompetensi serviks, dan solusio plasenta.
C.    Komplikasi
a.       Persalinan premature
Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah KPD. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan < 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b.      Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada KPD. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, dan omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada premature infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
c.       Hipolsia dan Asfiksia
Pecanya ketuban menyebabkan terjadinya oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
D.    Penatalaksanaan KPD
a.       Pastikan diagnosis
Diagnosis KPD premature dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5, bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1 – 7,3.
Pemeriksaan USG adanya KPD dapat dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion.
b.      Tentukan umur kehamilan
c.       Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
d.      Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin

E.     Diagnosis
-        Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan di vagina.
-        Jika tidak ada, dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janinatau meminta pasien batuk atau mengejan.
-        Menggunakan kertas lakmus (merah menjadi biru).
-        Tentukan UK, bila perlu lakukan pemeriksaan USG.
-        Tentukan ada tidaknya infeksi.
-        Tentukan tanda-tanda persalinan dan scoring pelvic.
-        Tentukan adanya kontraksi yang teratur.

F.     Keputusan Klinik
Pada dasarnya bidan hanya berwenang melakukan pertolongan persalinan dengan kasus KPD hanya jika kehamilannya tersebut aterm dan air ketuban jernih. Apabila pada kehamilan preterm atau KPD disertai mekonium bidan diharuskan merujuk dengan memberikan antibiotic lebih dahulu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar